Pohon delima (Punica granatum L.) adalah perdu atau pohon kecil, merupakan
tanaman hias yang banyak tumbuh dan dipelihara di pekarangan penduduk di
Indonesia. Kecuali sebagai tanaman hias, pohon delima mempunyai buah yang enak dimakan,
kulit buahnya digunakan sebagai obat untuk menghentikan diare atau obstipansia,
sedangkan akarnya digunakan secara tradisional untuk obat penyakit kecacingan terutama
untuk anak-anak.
Zat yang berkhasiat
untuk meracuni cacing pita tersebut adalah alkaloid peletierin yang merupakan
alkaloid pertama yang dapat diisolasi dari tanaman. Kulit buah dan akar delima banyak
dijumpai dalam ramuan obat tradisional Indonesia selama bertahun-tahun karena ramuan
yang mengandung simplisia tersebut efektif untuk menghentikan diare dan mengobati
kecacingan.
Ada beberapa
jenis pohon delima yang tumbuh di pekarangan rumah yaitu delima putih yang berbunga
putih, delima merah yang berbunga merah, delima susu wantah yang berbunga merah,
dan delima hitam yang berbunga merah dan kulit buahnya berwarna ungu tua (Sastroamidjojo,
1997). Semua pohon delima mempunyai buah yang kulitnya berasa sepat, begitu
pula akarnya.
Rasa sepat
pada buah atau bagian tanaman lain biasanya merupakan tanda bahwa di dalam bagian
tanaman tersebut terkandung tanin yang merupakan senyawa polifenol. Rasa sepat tanin
yang terdapat di dalam berbagai bagian tanaman disebabkan karena tanin dapat mengendapkan
protein, sehingga kalau tanin kontak dengan lidah maka reaksi pengendapan
protein ditandai dengan rasa sepat atau astringen. Rebusan atau suspensi yang mengandung
gom arab atau gom tragakan yang mengandung tanin, di dalam klinik digunakan untuk
menyembuhkan luka terbuka.
Efek sepat
dan penyembuhan luka oleh tanin disebabkan karena sebagai senyawa polifenol memiliki
aktivitas sebagai antioksidan. Potensi antioksidan dari berbagai bagian tanaman
dimanfaatkan di dalam pengobatan herbal untuk menghentikan diare, sebagai antiinflamasi,
antiseptik dan di dalam penelitian modern sebagai obat osteoartritis, anti
tumor dan antikanker. Sejak 7 tahun terakhir, penelitian yang dilakukan menghasilkan
publikasi tentang delima 7 kali lebih banyak dari publikasi selama bertahun-tahun
sebelum itu. Karena itu penggunaan delima sebagai obat dan suplemen makanan juga
meningkat (Lansky, 2007).
Manfaat pohon
delima
Kalau di dalam
formulasi obat tradisional digunakan kulit buah dan akar delima, di dalam pengobatan
herbal modern yang telah dikembangkan sebagai obat adalah ekstrak buah, ekstrak
kulit buah, jus buah, jam buah, jelli buah, konsentrat jus buah, anggur buah dan
minyak biji delima.
Semua khasiat
sediaan delima disebabkan kandungan berbagai senyawa polifenol yang aktivitas antioksidannya
sangat tinggi. Minyak biji delima (MBD) mengandung lebih dari 70% asam-asam linolenat
terkonyugasi (ALT) termasuk asam punisat (punicic acid) yang merupakan asam lemak
tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh ini mempunyai khasiat yang potensial terhadap
metabolisme lipid pada tikus obesitas yang menderita hiperlipidemia. Berbeda dengan
asam linoleat terkonyugasi (ALT), asam lemak MBD mempunyai 3 ikatan rangkap, sedangkan
ALT hanya 2 ikatan rangkap. Di samping itu MBD juga mengandung banyak sekali asam
punisat, senyawa yang mirip ALT, bahkan disebut super ALT yang potensinya lebih
besar dari ALT. MBD juga mengandung fitoestrogen mirip estrogen yang diproduksi
dalam tubuh manusia.
Penelitian
lain menggunakan konsentrat jus delima yang diberikan kepada penderita diabetes
tipe II yang juga menderita hiperlipidemia. Pasien yang diberi konsentrat jus delima
40 g sehari selama 8 minggu menunjukkan hasil penurunan kolesterol total, kolesterol
LDL, rasio LDL/HDL, dan rasio kolesterol total/kolesterol HDL. Tetapi tidak ada
perubahan yang signifikan pada triasilgliserol dan kolesterol HDL
Kohno
(2004) yang meneliti karsinogenesis colon dalam tikus uji menyimpulkan bahwa
MBD mampu mencegah atau mengurangi pertumbuhan kanker colon pada tikus yang diinduksi
dengan azoksi metana. Untuk menginduksi pembentukan kanker colon, tikus diberi azoksi
metana 1 kali seminggu selama 2 minggu. Satu minggu sebelum induksi, kepada tikus
diberikan nutrisi yang mengandung MBD selama 32 minggu. Hasil pengamatan pada akhir
minggu ke 32 menunjukkan bahwa MBD dapat menghambat atau menekan pembentukan kanker
colon.
Konsentrasi
polifenol total di dalam MBD sekitar 0,015%. Komposisi asam lemak di dalam MBD berturut-turut
adalah asam punisat 65,3%, asam palmitat 4,8%, asam stearat 2,3%, asam oleat
6,3%, dan asam linoleat 6,6 %. MBD merupakan antioksidan yang kuat mendekati
hidroksianisol terbutilasi (BHA) dan teh hijau, dan secara signifikan lebih besar
daripada anggur merah (Vitis vinifera).
Dari MBD diperoleh flavonoid yang dapat menginhibisi siklooksigenase dari biri-biri sebesar 31-44%, dan menginhibisi lipoksigenase kedelai sebesar 69-81%, sedangkan flavonoid yang diekstraksi dari jus delima yang difermentasi menunjukkan inhibisi 21-30% lipoksigenase kedelai, tetapi tidak menginhibisi siklooksigenase biri-biri (Schubert, 1999).
Dari MBD diperoleh flavonoid yang dapat menginhibisi siklooksigenase dari biri-biri sebesar 31-44%, dan menginhibisi lipoksigenase kedelai sebesar 69-81%, sedangkan flavonoid yang diekstraksi dari jus delima yang difermentasi menunjukkan inhibisi 21-30% lipoksigenase kedelai, tetapi tidak menginhibisi siklooksigenase biri-biri (Schubert, 1999).
Penelitian
ekstrak delima dan minyak biji delima menghambat pertumbuhan jaringan kanker pada
tikus sudah dilakukan terhadap tumor kulit (Hora, 2003), kanker prostat,
leukemia, dan buah dada (Mehta, 2004).
Buah delima
adalah buah yang sudah biasa dimakan, dan sampai saat ini belum ada laporan keracunan
karena makan buah delima. Elagitanin punikalagin yang terdapat banyak di dalam buah
delima juga telah diteliti kemungkinan efek toksiknya dan dilaporkan dalam J.Agric.Food.Chem.
2003. 51(11): 3493-3501. Diet yang mengandung 6% punikalagin yang diberikan kepada
tikus selama 37 hari tidak menimbulkan efek toksik terhadap hati dan ginjal.
Melihat hasil-hasil
penelitian terhadap buah delima dan sediaannya, maka diharapkan penggunaannya
sebagai obat herbal dan suplemen makanan akan meningkat. Karena banyak tumbuh di
Indonesia maka perhatian terhadap pohon delima harus dibangkitkan kembali dengan
cara pembudidayaan sehingga tidak perlu diimpor. Ekstrak buah delima dan minyak
biji delima dapat digunakan untuk mengurangi kadar lemak dalam tubuh sehingga sehingga
sangat baik digunakan dalam sediaan obat pelangsing dan untuk mengurangi obesitas.
Apabila penelitian sebagai antitumor atau antikanker sudah dapat meyakinkan kita,
maka buah delima dapat dikembangkan sebagai obat antitumor dan antikanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar